About me

My photo
DKI Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Jesus Army ~ IE 2010 Trisakti ~ BYONIC B019 ~ PMFE USAKTI '11/'12 * Addict to Sharing * Men of Honor * Father & Brother for two of my sisters

Find Out (search)

Popular Posts

Monday, July 25, 2011

Bermalam Di Gemuruh Caldera Puncak 3428 Mdpl Gunung Slamet di Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2011

30/06/2011

Saat waktu berpihak kami teringat pada satu harapan, harapan akan keinginan untuk mendatangi alamNya kembali bersama sahabat,
ya kami teringat begitu sangat terasa damainya kebersamaan dialam dalam dinginnya kabut menungkup tenda dihamparan kesejukan.
Kulihat kalender tanggal 2 juni 2011 berwarna merah diantara minggu wah muantap nih.. pikirku, tak ingin hilang momment kami berembuk pada kedua sahabat Ade, dan taba, yang bersepakat Gunung Slamet asa tujuan kami, keputusan telah bulat untuk kembali ke Alam sekaligus untuk peringatan "Hari Lingkungan Hidup Sedunia" pada 5 Juni 2011 berharap kami telah sampai di Puncak Slamet"


Biarkan Pijaran pelanginNYa masuki tenda kita
Terserah apa dibilang terserah apa dinilai, kami harus terus melangkah menuju suatu pencaharian, cariel telah pada terbentuk jiwa penuh kejenuhan hanya merindu alam  menggebu yang terbenak.

Kamis sore tanggal 1 juni 2011, kami ke stasiun Senen mencari tiket kereta ekonomi jurusan purwokerto, hups tak terduga semua tiket habis kami sempat resah, kusadari rencana perjalanan kami bertepatan dihari libur cuti bersama, segera kami beralih menuju stasiun jatinegara, Alhamdulillah walau antrian panjang akhirnya kami dapat tiket walau tak berkursi tak apalah yang penting kami bisa berangkat.
Tiket telah terpegang dua jam setengah sebelum pemberangkatan kereta, segera kembali kerumah untuk packing dan setelah sekiranya tak ada yang tertinggal, kami berdoa bersama “InsyaAllah kami semua diberikan kemudahan, kelancaran dan dilindungi Allah SWT selama perjalanan hingga sampai dirumah, Amiin” dengan tak lupa salam khas “Bravo Pendaki Indonesia – Jakmapa Salam Rimba” Weeaahh..”
Segera kami kembali ke stasiun bersama dua sahabat, waktu yang terbatas karena macet, kita putuskan naek ojek biar cepat sampai dan gampang siksak.. hihihi.. tak lama kereta datang begitu penuh sesak, kamipun turut berjejal dengan canda-canda sahabat nikmatnya kebersamaan dimanapun berada.
Setibanya di Stasiun Purwokerto dini hari, kami sejenak rehat menanti pagi sambil merenggangkan kaki yang lama berdiri.
“We are comming Purwokerto”  keluar dari stasiun kami menyelusuri keheningan pagi sambil pemanasan kaki, hingga pasar tradisonal dijalan manis yang berjarak kurang dari 1 km, disitu kami berbelanja untuk memenuhi kebutuhan logistik dan naek angkot meneruskan perjalanan menuju pintu masuk gunung Slamet.
Selamat datang penempuh rimba
Memasuki pintu Masuk Jalur Baturraden.
 Hari ke 2, tanggal 2 juni 2011 jam 14.30 Wib, kami telah sampai dipintu masuk Baturraden. “sudah sampai mas’ itu pintu masuknya, hati2 ya.!” kata supir angkot yang kami carter dari taman wisata baturraden;  ..Oo disini bang trimakasih ya bang.??  Jawabku yang langsung turun sambil menurunkan 3 carier dan 1 daypack. Kami sempat bingung karena jalur begitu lebat rimbanya, jalan stapak tersamar ilalang, kami break sejenak meraba medan sambil mencari mata air yang kami dapat tepat berada disamping pintu masuk, airnya tak banyak hanya sedikit genangan disela-sela rawa, lumayanlah dapat penuhi 2 drigen dan 3 botol siap minum, karena menurut informasi jalurnya jarang mata air disaat musim penghujan saja ada air genangan.
Setelah cukup siap kami berdoa bersama kembali,
Bismillah, Assalamu’alaikum’, kami susuri stapak dilebatnya belantara Baturraden dengan diselingi canda-canda sahabat, menembus pilar-pilar hidup yang melebat, jalur sedikit landai yang kadang masih terlihat cahaya membias diantara kabut tipis.
Biru menyulur kedamaian
Menenda di Shelter Pos 1, dan Pos 3.
2 jam kemudian kami menyusuri stapak, jalur semakin tak terlihat tertutup semak-semak ilalang yang kadang berduri melembah curam yang lebat, sesekali disaat istirahat sejenak kami semua memeriksa kaki dan lengan sambil menyabuti dan menepuk, begitu imut-imut dan halusnya pacet-pacet yang menempel menemani langkah bersama nyamuk-nyamuk hutan, tak apalah donor sedikit..  canda kami, hahaha. 
Basecamp dibelantara Rimba baturraden
Hupss.. jalur semakin curam menanjak tak terlihat sepertinya bukan jalan,kami kembali turun dan mengarah kesamping kanan, semakin jelas terdengar gemericik air, sedikit deras diantara batu-batu untuk kami lalui, byuurrr.. hahaha.. kami berdua tergelincir jatuh digenangan air diantara suara tawa-tawa kami, batu-batu itu begitu sangat licin hingga grip sepatu bot kami tak mampu mencengkram.
Kami rehat sejenak dibatu dalam aliran sungai kecil sambil mengisi ulang cadangan air, rupanya kami salah arah dan memutuskan kembali turun menemui persimpangan yang kekiri bawah yang sebelumnya kita lewati yang ada aliran sungai kecil tadi.
Tak lama turun kami jumpai kembali 2 patok besi dan turuni sedikit melewati sungai kecil lalu menaik kembali, hari mulai gelap tepat diatas sungai kecil sedikit lapang kami pasang tenda dikarenakan tak ingin resiko tersesat untuk jalan malam, ya maklum kami hanya meraba tanpa pemandu 
Sulit Disenja Baturraden
Langit mulai ungu sedikit biru dengan goresan awan halus menjingga terlihat disela-sela dedaunan pohon damar, hari telah pagi jam menunjukan pukul 5.30 Wib, kami keluar menikmati kopi dan teh panas bersama dua sahabat, sambil mendengar kicauan burung-burung bersaut-saut berseling suara lutung jawa yang begitu asri dan sangat alami, demikian juga hingga pos 3 yang sempat kami singgahi untuk menginap malam hari, nikmatnya menyatu dalam kesejukan alamNya.
Usai menikmati pagi yang cerah sambil sarapan seadanya, kami bertiga berbenah carier dan tendauntuk kembali melanjutkan menyusuri stapak dilebatnya belantara rimba, hingga pos 2 jalur stapak kadang menterjal kadang melandai, kami break sejenak lepaskan beban carier dipundak, meneguk air putih yang tak perlu dimasak yang sudah pasti dijamin steril dan kesegarannya oleh alam, glekk..glekk..glekk.. sambil menyalakan sebatang kretek muantapp.. Uuyyeee… 
Hari mulai senja kami teruskan perjalanan 3 jam lamanya hingga kami sampai di pos 3 yang hampir gulita disambut suara alam yang cukup ramai agak keras, sepertinya sejenis serangga tonggeret  yang bersaut-sautan, segera kami break membangun tenda kembali bermalam.
Salah satu penghuni Taman Nasional Slamet
Seperti biasa pagi kami semua dibangunkan bermacam-macam suara burung-burung bersautan yang terasa merdu nan indah bagai ditaman firdaus. Setelah bebenah kami kembali meyusuri menuju palawangan, wow.. ternyata jalurnya sangat menguras fisik dan mental kami, sering terjumpai terowongan dahan-dahan lebat, yang seringkali kami harus merangkak dan melepas kerier, dengan udara yang begitu dingin sepanjang perjalanan,  hingga akhirnya kami kembali bermalam sebelum pos 4, ya karena kami begitu menikmati keindahan disetiap perjalan yang kadang sering berhenti untuk mengabadikan foto bersama dan jepreet apa yang kami temukan seperti cantiknya Anggrek gunung dan burung-burung.
Anggrek Hutan Gunung Slamet
Hari tak terasa perjalanan kami telah memasuki hari ke-5, tepat tanggal 5 Juni 2011, saat sinar mentari menyeruak dicelah-celah dahan menyinari sebagian parasit tenda, segera kami menjemur batrai, dan pakaian-pakaian yang lembab sambil menikmati kopi pagi, setelah sedikit terhangatkan mentari kami packing kembali dan meneruskan perjalanan menuju palawangan dengan jalurmenanjak sedikit licin, tak kurang 10 menit kami sampai di pos 4, yang sudah terlihat jelas puncak Slamet ditirai dahan kelangit yang tak berdaun, setelah ternikmati kemegahan kubah Slamet kamiberanjak cepat-cepat mendatangi palawangan.
Lembah Jalur Baturraden Slamet
Edelweis merekah memutih dikuntum-kuntum dahan yang begitu banyak terhampar penuh keasrian dan keindahannya, kami tiba dipalawangan dengan sesekali kami tatapi kemegahan kubah Slamet, penuh keramahan dan kedamaian terasa, terlihat 7 pendaki begitu kecil terlihat ditengah mengenakan cariel berusaha meniti setiap bebatuan untuk menggapai puncakNya dan sebagian temannya hampir mendekati puncak.
Edelweis palawangan baturraden Slamet
Tak lama..
Hembusan angin menyatu dijarum masa..
Membawa satu dalam niat dan tekat..
Kabut dingin bangunkan jiwa untuk selalu terjaga..
Menghempas dipijak stapak berbatu.. 
Nafas samarkan detak jantung..
Dingin meresap direlung limpa..
Hanya asa tersisa mengisi jiwa dalam doa..
Tepiskan sesal berkalan resah.. 
Dahan mencurah gerimis bekukan raga..
Langit menyisakan sedikit biru..
Melebat pilar-pilar diruang rimba..
Lembab dilangkah rasa kadang hilang.. 
Waktu tersisa member waktu..
Disetiap langkah penuhi cawan hikmah dihati..
Sebagai bekal melangkah esok hari..
Agar terisi penuh keindahan namaMu..
(by :embun gunung) 
kami diantara Ilalang Palawangan Baturraden
“Woyy..” kami teriak kencang memanggil untuk menyemangati mereka, entah mereka mendengar atau tidak karena jarak begitu jauh namun terlihat jelas.
Tak lama tersaut “wooyy..” entah dari suara mereka atau gema yang memantul dari panggilanku.
Kami semua segera turunkan cariel masing-masing dari punggung,
“Disitu ada tempat nenda.. agak terlindung dari hempasan bila datang angin dingin datang.?” Kata Ade
“kita mau nenda disini atau langsung naek nih..” aku menawarkan 2 pilihan karena hari mulai siang, dan juga kami lihat kubah yang menggoda kami untuk segera disinggahi puncakNya,
“terserah ajah.” Jawab Taba sahabatku yang lain, karena ia selalu siap dan mengikuti keputusan yang disepakati tim.
“dah kita muncak ajah sekarang.. ngak usah nenda disini gimana.” Ade berkata kembali.
“ya udah kita naek sekarang..tapi break masak dan ngupi-ngopi dulu karena kita kan dari besecamp tadi belum pada sarapan sekalian persipan energi buat muncak.. juga biar ngak terlalu siang diatas juga gas racun belerang mulai mereda, ya sekitar jam 1 atau jam 2 lah kita naek, dan kemungkinan kita sampai puncak jam 4 atau jam 5 sore mungkin..” Jawabku sambil menganalisa perjalanan muncak.
Ade dan Taba lalu memasak, sedangkan aku mengamati alam sekitar palawangan baturraden sembari mengambil gambar kesana-kemari dan aktivitas sahabat.  
Tak terasa bila dialamnya dan memang waktu begitu cepat berjalan, hari masih siang setelah kami makan dan ngopi bersama, kami semua packing kembali dan berdoa bersama dengan salam khas pendaki “Salam rimba” tepat pukul 13.30 wib siang kami mulai menyusuri kerikil bebatuan menuju puncak Slamet.
Kadang setelah sekian menit berjalan kami break merapatkan barisan untuk mengatur nafas kembali sembari berbalik arah menikmati lembah-lembah yang telah kami lalui, begitu indahnya ufuk membiru dalam lautan awan beriak terhampar sejauh kami memandang lepas penuh kesejukan angin dingin.
Dinding Caldera Puncak slamet
Alhamdulillahi kami semua akhirnya sampai dipuncak Slamet sekitar pukul 15.00 WIB, kurang lebih 1 setengah jam kami lalui perjalanan dari Palawangan Baturraden ke bibir kawah Slamet, haru yang tak dapat diungkap kata-kata dalam benak, hanya rasa syukur dihati kami masing-masing sambil terus mengamati kawah yang terus melepas asap belerang dan bergemuruh disetiap gerak batuan belerang.
Menuju Top 3428 Mdpl Slamet
Seperti biasa aku mengambil momment gambar dengan camera saku disetiap obyek-obyek diantara background sahabatku, Ade terus menikmati kawah yang super megah, sementara Taba duduk terpaku menikmati arah ufuk lautan awan dibawahnya.
“Angin tambah dingin nih nyokk kita naek lagi.” Kata ade sembari mengangkat carierlnya.
“”sipp.. oke.”.jawabku bersama Taba sambil mengeluarkan dan mengenakan jaket, karena angin dingin terus menghempas kami dan segera melangkah menyusuri tebingan bibir kawah ke menanjak.
Sunset dipucuk Ciremai terlihat dari Puncak Slamet
Setelah beberapa menit berjalan menyusuri bibir kawah dan sampai,
“..kita nenda disini ajah deh.” Ade mengajak kita semua nenda pas ditugu 3428 Mdpl puncak Slamet.
“weihh muantap dunk..Sipp lah.” Jawabku sambil terus mengabadikan gambar dengan kamera kami.
Setelah kami bersihkan bebatuan untuk posisi tenda tak lama tenda terpasang menghadap timur arah pegunungan Sindoro, sumbing, merapi dan merbabu, yang terlihat seperti semuanya sebaris merapat sejajar dan dibawah lembah perkotaan Bayumas-Purwokerto, sementara dibelakang tenda arah barat dengan samping kiri tenda kami caldera yang terus bergemuruh luapkan asap belerang.
Sunset begitu terlihat tepat diatas pucuk gunung Ciremai dalam riakan awan yang mulai melembayung senja.
Bermalam Digemuruh Caldera puncak 3428 Mdpl Gunung Slamet
Begitu malam telah mengulita langit cerah sedikit berbintang dan terkelap-kerlip lampu kota Banyumas-Purwokerto, begitu indah dalam kehingan malam itu,
Seperti biasa kami masak dan ngupi bersama sambil bersenda-canda bertiga, yang menyadari bahwa kami kini tinggal dan bermalam dipucuk Slamet, jam masih pukul 8 malam, saat kami sedang asyik memasak terdengar gemuruh yang sangat keras bersama bebatuan yang berjatuhan, kami bertiga saling bertatapan,
“ya udah kita jangan panik, tenang jangan lari kita banyakin sama-sama berdoa ajah.” Kataku pada kedua sahabat, yang kami sadari kawah mulai aktif dan membesar berbeda dari sore sebelumnya yang semula tenang.
Aku meneruskan memasak dan meneruskan obrolan dengan nada suara yang mulai pelan dan kami saling hening tak ada canda lagi, sementara yang lain sibuk mengenakan peralatan lapisan tidur.
Cahaya keindahan disatu Maha KaryaNya
Tak lama aku beranjak melihat suasana diluar, begitu cerah namun kawah kulihat terus bergemuruh dengan warna memerah bara terus bergerak meruntuhkan batuan belerang, dan kucoba abadikan tapi sayang kamera sakuku tak mampu fokus digelapan kawah.
Kerlip cahaya kota Bayumas-Purwokerto dari Puncak Slamet
Malam melarut kami semua merebahkan diri untukrehat tidur, dan semakin melarut keheningan dalam gemuruh kawah setiap saat berdentum keras dengan dentingan batuan gelinding terus terdengar, hingga kami semua walau lelah tak sanggup terpejam jantungpun tak berdetak tenang, terasa andrenalin ciut dengan pasrah kepadaNYa.
Hingga pukul 4 malam kami semua tak dapat terlelap jangankan terlelep nyenyak tidur sesaat ajah pun tidak, hanya merapikan posisi rebahan kesana kemari ngak karuan, seporing habis kita-semua ternyata hahaha..
Karena tak dapat tertidur. kubangunkan diri dari rebahku yang kemudian Tabapun ikut duduk, lalu kumasak air sambil menghisap rokok agar kami dapat tenang kembali, dan kami nikmati kopi susu dini hari bersama tak lam kami semua rebahkan kembali berharap dapat tertidur.
Pelangi jingga diufuk Timur pegunungan Sindoro, Sumbing, Merbabu dan Merapi
Tak beberapa aku terjaga tenda mulai terpancar cahaya, aku sibak resleting tenda, dan kulihat SubhanaAllah, langitNya memedar segaris cahaya pelangi dirufuk diatas pegunungan sindoro, sumbing merbabu dan merapi.
“Weihh..weihh..bangun muantap tuh.. sunriseNya mulai hadir.” Sambil kugulung parasit tirai tenda, lalu mengenakan bot meraih kamera dan bergegas keluar menikmati dan momment keindahan langit Maha karyaNYa.
 
 
Alhamdulillah kami semua dapat mengabadikan satu Maha KaryaNya, diantara satu Maha KaryaNYa yang lain, terimasih telah kau curahkan kami keselamatan dan anugerahMu selama ini Ya Allah, Amiin..
kami semua terus menikmati keindahan SunriseNya dengan teh hangat dan kopi susu, hingga akhirnya Mentari mulai meninggi dengan memberi kehangatan, sekian lama kemudian kami membongkar tenda berkemas packing kembali, setelah selesai kami berdoa mengheningkan jiwa bersama di hari Lingkungan Hidup Sedunia "semoga kita semua selalu sukses dan sehat selalu serta alam kita dimanapun berada terus menuju kelestariaannya, amin" dan salam khas Pendaki, Salam rimba salam lestari, kemudian kami kembali menyusuri bibir tebingan untuk memutari Caldera Slamet dan ingin kembali menuju jalur Guci yang kebetulan baru pertama kali akan kami lewati. 
 
 
Dipertengahan Caldera Puncak Slamet kami menjumpai sahabat yang ternyata mereka melalui jalur Blambangan, "Dunia ini seperti kecil" begitu kiasan bagi para pendaki ketika ternyata kami jumpai sahabat Facebook kami Tim Crew Tanggerang Heri Topeh, Sartika Tiqa, Hermawan Ketoy, Dhodo- Putra- Djapung dan lain-lain, kami semua membaur menikmati pancaran mentari dengan penuh canda kebersamaan, namun wantu sangat singkat hingga mereka bergegas menuruni jalur blambangan sedangkan kami terus kembali dan menuruni bibir kawah yang berkriki pasir, 
  
 
kami terus berjalan menyusuri tebingan dan mendekati bibir arah turun Guci Tegal, gas belerang begitu menyengat, pijak stapak berasap tinggi, segera kami mengeluarkan slayer dan menutup hidung sambil berjalan cepat melewati kawah aktif tersebu, hingga terus melangkah dan menuruni pasir untuk mencapai Palawangan Guci.
 
Terus berjalan hanya sesekali kami break sejenak melepas lelah, jalan menuruni jalur guci sangat landai, stapak berhumus lembut, dikarenakan kami sepertinya telah cukup dalam belantara walau sesal meninggalkan Alam belantaranya, akhirnya kami semua tiba di Guci Senja dalam pilar-pilar cemara yang sangat indah, 
 
Setelah kami sampai di pintu masuk Guci, kami kemudian sempatkan diri mampir di Basecamp "GALAS" dan menyatukan dalam kebersamaan dan Alhamdulillah kami diberikan kesempatan bermalam disana, dalam senggang kamipun menikmati rileksasi kehangata air panas Guci Tegal. 
 
Terimakasih KepadaMU ya Allah Yang telah melindungi dan selalu mencurahkan rahmatMu kepada kami semua hingga kini, dan Alhamdulillahi syukurku padaMu, Amiin.
Terimakasih kepada Tim crew Kecil kami, JAkmapa, Ade dan Taba yang selalu siap dan sabar dalam menghadapi segala rintangan yang ada, semoga kita semua selalu dan lindungan dan kesuksesan darinya, amiin
Terimakasih pula kepada Tim Crew Tanggerang Heri Topeh, Sartika Tiqa, Hemawan ketoy, dan Dhodo- Putra- Djapung, dan lain-lain, salam rimba brader salam lestari.
Terimakasih kepada BALAS yang telah memberikan inapan pada kami semua, semoga Seluruh tim crew disana sehat walfiat selalu dan sukses selamanya, Amiin.. salam lestari brader's..
Terimakasih kepada seluruh sahabat yang telah memberikan dukungan dan doa, semoga kita semua sukses slalu dan dalam lindungan Allah SWT, amiin..
Waasalamu'alaikum' warohmatullahi'wabarokatu..
salam rimba salam lestari semuanya..

No comments:

Post a Comment